Jumat, 08 November 2013







PERTANIAN ORGANIK PERTANIAN BERKELANJUTAN
dosen pembimbing : Orleans Ginting


Disusun oleh

NAMA :                                                                                    NPM :
SRI HARYANTO                                                                            1113010029
JANUR ALSADAM                                                                        1113010090

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2013


BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pertanian organik adalah sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur-ulang hara secara hayati. Daur-ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Daur-ulang hara merupakan teknologi tradisional yang sudah cukup lama dikenal sejalan dengan berkembang peradaban manusia, terutama di china (Rachman, 2002:1).
Pakar pertanian Barat menyebutkan bahwa sistem pertanian organik  merupakan “hukum pengembalian (low of  return)” yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi makanan pada tanaman.
Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah mengembangkan prinsip-prinsip memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman (feeding the soil that feeds the plants), dan bukan memberi makanan langsung pada tanaman. Von Uexkull (1984) memberikan istilah “membangun kesuburan tanah”. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Dengan kata lain, unsur  hara didaur-ulang melalui satu atau lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda sama sekali dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman
Secara teknis, sistem pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pertanian di mana bahan organik, baik makhluk hidup maupun yang sudah mati, menjadi faktor penting dalam proses produksi usaha tani tanaman, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Penggunaan pupuk organik (alami atau buatan) dan pupuk hayati serta pemberantasan hama, penyakit, dan gulma secara biologis adlah contoh-contoh aplikasi sistem pertanian organik (Sugito dkk., 1995).
Pertanian berkelanjutan ialah suatu cara bertani yang mengintegrasikan secara komprehensif aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian. Suatu mekanisme bertani yang dapat memenuhi kriteria (1) keuntungan ekonomi; (2) keuntungan sosial bagi keluarga tani dan masyarakat; dan (3) konservasi lingkungan secara berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya pertanian berkelanjutan identik dengan pertanian organik.
Pertanian berkelanjutan bertujuan untuk memutus ketergantungan petani terhadap input eksternal dan penguasa pasar yang mendominasi sumber daya agraria. Pertanian berkelanjutan merupakan tahapan penting dalam menata ulang struktur agraria dan membangun sistem ekonomi pertanian yang sinergis antara produksi dan distribusi dalam kerangka pembaruan agraria.
Pelaksanaan pertanian berkelanjutan bersumber dari tradisi pertanian keluarga yang menghargai, menjamin dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali budaya pertanian sebagai kehidupan. Oleh karena itu, SPI mengistilahkannya sebagai “Pertanian berkelanjutan berbasis keluarga petani”, untuk membedakannya dengan konsep pertanian organik berhaluan agribisnis. Pertanian berkelanjutan merupakan tulang punggung bagi terwujudnya kedaulatan pangan.















BAB II
ISI
A.    CIRI-CIRI PERTANIAN ORGANIK

Ciri – Ciri Pertanian Organik:
1. Melindungi kesuburan tanah dengan mempertahankan kadar bahan organik, dan tidak menggunakan alat-alat mekanisasi secara sembarangan.
2.  Menyediakan sendiri unsur nitrogen melalui pengikatan nitrogen secara biologis dengan tanaman leguminosa.
3.   Mendaur ulang secara efektif  bahan organik dari sisa tanaman dan limbah ternak.
4.   Membantu perkembangan aktivitas biologi tanah.
5.    Mengendalikan gulma dan hama penyakit dengan rotasi tanaman, predator, dan varietas tanaman yang tahan.
6.   Menyuarakan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi berkesinambungan
7.   Aspek alamiah dan kondisi lingkungan sekitar merupakan sumber penunjang produksi yang utama.
8.   Mengurangi penggunaan bahan penunjang dari luar.
9.   Mendaur ulang nutrisi atau unsur hara dari dalam tanah.


B.      CIRI-CIRI PERTANIAN BERKELANJUTAN


         Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR, 1988), “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam”.Ciri-ciri pertanian berkelanjutan:
  Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan           kemampuan agroekosistem secara keseluruhan – dari manusia, tanaman, dan hewan      sampai organisme tanah ditingkatkan. Dua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan     kesehatan tanaman dan hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis     (regulasi sendiri). Sumberdaya lokal digunakan secara ramah dan yang dapat diperbaharui.
•   Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat penghasilan yang cukup     untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan, dan dapat     melestarikan sumberdaya alam dan meminimalisasikan risiko.
•   Adil, yang berarti sumberdaya dan kekuasaan disistribusikan sedemikian rupa sehingga     keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan begitu juga hak mereka    dalam penggunaan lahan dan modal yang memadai, dan bantuan teknis terjamin.     Masyarakat berkesempatan untuk berperanserta dalam pengambilan keputusan, di     lapangan dan di masyarakat.
•   Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup (manusia, tanaman,     hewan) dihargai dan menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar (kepercayaan,     kejujuran, harga diri, kerjasama, rasa sayang) dan termasuk menjaga dan memelihara     integritas budaya dan spiritual masyarakat.
•  Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan     ubahan kondisi usahatni yang berlangsung terus, misalnya, populasi yang bertambah,     kebijakan, permintaan pasar, dll.


     Selain itu, ciri pertanian berkelanjutan antara lain:
1. Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan (economically viable). Petani mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat produksi yang cukup dan stabil, pada tingkat resiko yang bisa ditolerir/diterima.

2. Berwawasan ekologis (ecologically sound). Kualitas agroekosistem dipelihara atau ditingkatkan, dengan menjaga keseimbangan ekologi serta konservasi keanekaragaman hayati. Sistem pertanian yang berwawasan ekologi adalah sistem yang sehat dan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap tekanan dan gangguan (stress dan shock).

3. Berkeadilan sosial. Sistem pertanian yang menjamin terjadinya keadilan dalam akses dan kontrol terhadap lahan, modal, informasi, dan pasar, bagi yang terlibat tanpa membedakan status sosial-ekonomi, gender, agama atau kelompok etnis.

4.  Manusiawi dan menghargai budaya lokal. Menghormati eksistensi dan memperlakukan dengan bijak semua jenis mahluk yang ada. Dalam pengembangan pertanian tidak melepaskan diri dari konteks budaya lokal dan menghargai tatanan nilai, spirit dan pengetahuan lokal

5.  Mampu berdaptasi (adaptable). Mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi yang selalu berubah, seperti pertumbuhan populasi, tantangan kebijaksanaan yang baru dan perubahan konstalasi pasar.

HUBUNGAN PERTANIAN ORGANIK DAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

  Pertanian Organik
·         Kandungan hara rendah. Kandungan hara pupuk organik pada umumnya rendah tetapi bervariasi tergantung pada jenis bahan dasarnya. Kandungan hara yang rendah berarti biaya untuk setiap unit unsur hara yang digunakan nisbi lebih mahal.
·         Ketersediaan unsur hara lambat. hara yang berasal dari bahan organik diperlukan untuk kegiatan mikrobia tanah untuk dialihrupakan dari bentuk ikatan kompleks organik yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi bentuk senyawa organik dan anorganik sederhana yang dapat diserap oleh tanaman. Kebanyakan unsur di dalam tanah biasanya dalam bentuk unsur tersedia dari hasil perombakan bahan organik.
·         Menyediakan hara dalam jumlah terbatas. Penyediaan hara yang berasal dari pupuk organik biasanya terbatas dan tidak cukup dalam menyediakan hara yang diperlukan tanaman.

Pertanian Berkelanjutan
Indikator pertanian berkelanjutan antara lain:
1.      Ekologi
          Yang berarti bahwa kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanamnan, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Kedua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumber daya local dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, biomassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran. Tekanannya adalah pada penggunaan sumber daya yang bisa diperbaharui. Dengan kata lain, indikator ekologi tidak menimbulkan degradasi dan tidak menimbulkan emisi.
          Sistem pertanian yang bernuansa ekologis sebaiknya mengintegrasiakan sistem ekologi secara luas dan memusatkan perhatian pada upaya perawatan dan perbaikan sumber daya pertanian. Dalam prakteknya, penyimpangan terhadap kaidah-kaidah ekologi hanya akan memberikan dampak buruk bagi keseimbangan lingkungan.
2.      Sosial
          Sistem pertanian yang diterima secara sosial sangat menjunjung tinggi hak-hak individu petani, baik sebagai pelaku utama maupun sebagai bagian dari anggota sistem masyarakat secara keseluruhan. Sistem masyarakat pertanian mampu mengakses sumber-sumber informasi, pasar, ataupun kelembagaan pertanian. Perlakuan pelayanan pemerintah tidak dapat dibedakan atas dasar jenis kelamin, status, agama, atau etnis tertentu. Sistem sosial juga harus menjamin keberlanjutan pertanian antargenerasi; dengan keyakinan bahwa generasi sekarang menitipkan dan mewariskan bumi ini kepada generasi yang akan datang.
3.      Ekonomi
          Sistem pertanian harus secara rasional mampu menjamin kehidupan ekonomi yang lebih baik bagi petani dan keluarganya; paling tidak usaha pertanian harus mampu menyediakan bahan pangan dan kebutuhan dasar lainnya. Kelayakan secara ekonomi juga berarti aktivitas pertanian harus mampu menekan biaya eksternalitas sehingga tidak merugikan masyarakat dan lingkungan.
4.      Kelembagaan
          Aspek kelembagaan ini dapat berupa kelembagaan pemerintah (formal) ataupun non-pemerintah (informal) tergantung dari segi kepentingannya. Aspek kelembagaan sangat penting bukan hanya dilihat dari segi ekonomi pertaniaan secara keseluruhan, tetapi juga segi ekonomi pedesaan.
         


BAB VI
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari hasil makalah di atas kami dapat menyimpulkan bahwa. Pertanian organik adalah sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur-ulang hara secara hayati. Daur-ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Daur-ulang hara merupakan teknologi tradisional yang sudah cukup lama dikenal sejalan dengan berkembang peradaban manusia, terutama di china.
Pertanian berkelanjutan ialah suatu cara bertani yang mengintegrasikan secara komprehensif aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian. Suatu mekanisme bertani yang dapat memenuhi kriteria (1) keuntungan ekonomi; (2) keuntungan sosial bagi keluarga tani dan masyarakat; dan (3) konservasi lingkungan secara berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya pertanian berkelanjutan identik dengan pertanian organik.
PEMBAHASAN
Menurut (putong, Iskandar, 2007)Pencemaran oleh bahan-bahan kimia beracun akibat tingginya intensitas pemakaian pupuk, pestisida dan herbisida telah lama diketahui.  Demikian pula dengan ketahanan (resistensi) hama yang semakin meningkat terhadap pestisida akibat penyemprotan yang semakin tinggi serta  pencemaran air tanah maupun sungai oleh senyawa nitrat akibat peggunaan pupuk yang berlebihan.  Pertanian moderen juga telah mengurangi keragaman spesies tanaman secara drastis akibat penerapan sistem monokultur secara besar-besaran.   Ekosistem alam yang semula tersusun sangat kompleks, berubah menjadi ekosistem yang susunannya sangat sederhana akibat berkurangnya spesies tanaman tersebut.  Hal ini bertentangan dengan konsep pertanian berkelanjutan, yang selain memperhatikan pemenuhan kebutuhan manusia yang selalu meningkat dan berubah,  sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam





DAFTAR PUSTAKA
.
Diposkan oleh Devi Liana di 12.29
Goole, 19 Januari 2010. System pertanian konvensional. Padang.
Putong, Iskandar. 2007. Economic Pengantar Mikro dan Makro. Mitra Wacana   Media.            Jakarta.
Reijntjes, Coen, dkk.1999.Pertanian Masa Depan. Kanisius, Yogyakarta.
Salikin, K.2003.Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta
Sutanto, Rachman.2002.Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta